Bingkai puasa dan cinta

“Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tanganNya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih disukai Allah daripada harum minyak kasturi.” (HR. Bukhari).
“Ada anak bertanya pada bapaknya, buat apa berlapar-lapar puasa”, lagu Bimbo itu kunyanyikan di depan Ayah berulang-ulang di tengah sebuah siang bulan Ramadhan yang panas. Sebenarnya aku tidak berniat apa-apa. Kebetulan lagu itu sedang hits dan sering muncul di radio sehingga mulutku yang hobi nyanyi ini latah dan terus menerus menyanyikannya. Tapi terus terang sebagai anak kecil yang baru belajar puasa, terkadang teks lagu itu ingin sekali kutanyakan kepada Ayah.
Ayah melambaikan tangannya kepadaku dan akupun mendekat.”Panggil uda dan uni semua ke sini. Ayah ingin bicara., ya.” Maka akupun keliling ke kamar atas, kamar bawah dan juga ke tetangga sebelah mencari uda dan uniku. Alhamdulillah dalam beberapa menit saja tugas itu dapat kuselesaikan. Mereka semua kini duduk bersila di hadapan Ayah.
“Anak-anakku. Kini kalian sedang berpuasa dan berusaha menahan haus, lapar bahkan juga menjaga mata dan telinga dari seluruh keburukan. Ayah ingin tahu apa tujuan kalian berpuasa?”, Ayah menunjuk salah seorang anaknya. “Ya untuk menjalani perintah Allah, Ayah”.”Hmm..Kita kan hamba Allah, maka kita wajib menjalankan perintahNya”, jawab yang lain.
Ayah tersenyum bangga dengan kesungguhan jawaban yang diberikan. “Jawaban kalian sesungguhnya bagus dan tidak salah sama sekali. Benar kita menjalankan ibadah puasa karena memenuhi perintah Allah. Kita ini hamba Allah. Hamba itu artinya budak. Seorang budak tentulah harus memenuhi kehendak tuannya tanpa boleh bertanya-tanya. Jika seorang budak selalu bertanya terhadap perintah-perintah tuannya tentulah budak itu akan dimarahi oleh tuannya. Terlebih lagi jika budak itu menentang perintah tuannya dan mematuhi tuan yang lain. Wajar lah jika tuan tersebut menghukumnya dengan keras.”Demikianlah nuansa hati yang harus ditumbuhkan saat kita mengerjakan seluruh perintah Allah. Jangan pernah terdetik di hati untuk bertanya-tanya kenapa harus begini dan mengapa tidak begitu. Jawaban yang mutlak untuk semua perintah itu adalah: karena Allah Tuhan yang menciptakan saya, Tuhan yang saya sembah, Tuhan yang saya harapkan kasihNya di dunia dan di akhirat, telah memerintahkannya kepada saya, hambaNya dan budakNya.
“Kita ini ada di dunia karena diciptakan Allah. Bisa hidup karena diberi makan, minum dan udara oleh Allah. Sungguh celaka kita jika terdetik niat lain sewaktu beribadah selain karena memenuhi kehendak dan perintah Allah. Oleh itu, jangan pernah memotivasi dirimu dalam menjalankan ibadah puasa ini karena hikmah-hikmah duniawi. Seperti kata orang-orang, puasa itu untuk diet, supaya hemat, supaya sehat, supaya ini, supaya itu. Seluruh kata-kata itu akan mencemarkan ketulusan niatmu dalam berpuasa untuk mencapai syurga dan ridho Allah SWT.
“Namun anak-anakku dalam perintah berpuasa ini ada nuansa lain yang Allah inginkan dari kita. Puasa ini bukan hanya sebuah perintah yang diwajibkan Allah Tuhan semesta alam kepada manusia sebagai hambaNya. Justru kita dapat merasakan getaran cinta Penguasa Alam Raya dalam perintah puasa ini. Pahami getaran cinta dan kasih Allah itu dapat dirasakan pada ayat dan hadits berikut:
1. FirmanNya dalam surah al-Baqarah 183 – 184.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (183). (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka bagi siapa saja diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan[114], Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu Mengetahui.”(184)
Subhanallah, lihatlah betapa tegasnya Allah memerintahkan kewajiban berpuasa ini Allah pada ayat 183. Namun pada ayat 184 Allah mengeluarkan statemen yang toleran: “Bagi siapa saja yang sakit atau sedang dalam perjalanan bolehlah menggantinya pada hari yang lain”. Subhanallah..Allah itu Tuhan Penguasa Alam. Seluruh makhluk perlu kepadaNya dan Dia tidak ada keperluan kepada satu makhluk pun. Allah menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada pada keduanya. Allah berkuasa penuh untuk menghidupkan atau menghancurkan kita. Tapi kenapa Raja segala Raja itu mewajibkan sesuatu dengan tegasnya, tetapi kemudian malah mengeluarkan pengecualian-pengecualian?
Seorang raja yang memiliki kekuasaan tidak akan pernah melakukan hal itu saat mengeluarkan titah perintahnya. Bahkan seorang bos atau majikan tidak akan berbuat demikian. Dalam ilmu manajemen sebuah Surat Keputusan berlapis seperti itu justru dikhawatirkan dapat melahirkan nuansa ketidakdisiplinan di kalangan pekerja. Tapi Allah bukan raja, bukan bos dan bukan majikan. Allah Tuhan yang menjalin hubungan kasih dengan makhluk yang diciptakanNya. Allah memerintahkan puasa dengan nuansa cinta dan kasihNya yang dalam terhadap para hambaNya.
2. Dalam hadits riwayat Imam Bukhari Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tanganNya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih disukai Allah daripada harum minyak kasturi.” (HR. Bukhari)
Cobalah pahami oleh kalian, apa arti ungkapan dalam hadits ini. Bukankah ini ungkapan cinta yang melimpah dari Allah kepada orang yang berpuasa? Kita semua juga paham bahwa bau mulut orang yang berpuasa di bumi manapun pasti sangat busuk. Itu wajar karena perutnya sedang kosong sehingga asam lambung dapat memanjat sampai ke dinding mulut. Saat berbicara, menguap atau bahkan sekedar membuka mulut saja langsung mulut akan menyebarkan aroma yang membuat orang menutup hidungnya.
“Namun di sisi Allah, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum dari minyak kasturi. Bukankah ini ungkapan cinta Allah yang berlimpah terhadap orang-orang yang berpuasa? Maaf, nanti kalau kalian sudah menikah dan cinta kasih yang mendalam sudah tumbuh antara suami dan istri hal-hal ini baru dapat dipahami dengan sempurna. Banyak sekali suami yang sedang cinta setengah mati dengan istrinya akan mengatakan, “Aduhai..istriku, harum sekali bau mulutmu”. Padahal istrinya baru bangun tidur dan belum gosok gigi. Mengapa? Tentulah karena cintanya yang begitu mendalam terhadap sang istri.
3. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsi:
“Puasa itu untukKu dan biarkan Aku yang akan menganugerahkan pahalanya.” (HR. Muslim)
Lagi dan lagi kita harus memuji Allah atas besarnya cinta kasih Allah terhadap orang yang berpuasa. Banyak sekali amal perbuatan kita ini yang pahalanya dijanjikan Allah kepada kita secara kalkulatif. Contoh, sholat jama’ah menaikkan derajat kita di sisi Allah hingga 27 derajat. Bersedekah dilipat gandakan Allah pahalanya hingga 700 kali lipat. Begitu pula sholat di Masjidil Haram yang pahalanya 100.000 lebih utama dibandingkan sholat di masjid biasa. Semuanya dijanjikan Allah dalam hitungan-hitungan yang jelas. Tapi, untuk puasa Allah mengungkapkan apresiasiNya yang tinggi. “Puasa itu untukKu dan biar Aku yang menganugerahkan pahalanya.””Bukankah ini sebuah ungkapan sentimental yang diwarnai dengan kecintaan? Bagaikan seorang raja yang menentukan imbalan dan gaji standar bagi seluruh rakyatnya. Semua rakyat mendapat imbalan yang sama untuk pekerjaannya. Raja sendiri tidak pernah menyampaikan upah itu secara langsung ketangan rakyatnya. Ia hanya memerintahkan menteri dan bawahannya untuk memberikan imbalan tersebut. Tetapi ada sebuah tugas khusus yang sangat disukai oleh raja. Siapa saja yang mengerjakannya raja itu sendiri yang akan turun untuk menyerahkan imbalannya secara langsung. Bahkan raja itu juga merahasiakan jumlah imbalan yang akan diterima oleh orang yang menyelesaikan tugas khusus itu.”Allah memiliki perumpamaan yang tidak akan dapat kita bayangkan.
Contoh-contoh tadi itu hanya agar kamu paham. Agar kamu mengerti betapa sentimentilnya puasa ini di sisi Allah. Ada rona-rona cinta berserakan di udara Ramadhan. Meskipun matahari begitu panas memanggang kulit kita, dan rasa haus begitu tega mendera kerongkongan kita. Terutama jika melihat botol-botol air di kulkas yang dingin berembun. MasyaAllah, rasanya copot jantung! Tapi kita menyingkirkan itu semua dan menderita untuk menjalin cinta dengan Allah yang amat besar cintaNya di bulan puasa ini.”Anak-anakku, kalian memang hanya hamba Allah SWT. Namun di bulan Ramadhan ini Allah menebar kasih dan cintaNya bahkan untuk hamba-hambaNya yang hina seperti kita ini. Maka jangan biarkan cinta Allah bertepuk sebelah tangan. Allah cinta dan sayang kepadamu, maka sambutlah cintanya dengan ikhlas berpuasalah hanya untuk ZatNya.”Orang yang sedang dalam bercinta tidak akan pernah mengeluh meski harus berkorban banyak. Pengorbanan justru menjadi sebuah tantangan yang makin mengobarkan api cinta dan rindu. Para sahabat dahulu berpuasa di hari yang panas dan tetap menjaga puasanya meskipun harus berperang melawan musuh Allah. Ada seorang sahabat yang terluka parah dan dibawa ke belakang. Namun ia tetap tidak ingin membatalkan puasanya. Saat hari sudah mulai senja keadaannya sudah amat kritis. Para sahabat yang lain amat kasihan melihat dirinya.”Berbukalah wahai fulan, engkau tetap akan mendapat ganjaran Allah”.”Jika aku berbuka dan ditakdirkan Allah meninggal dunia hari ini, maka kapankah aku dapat menggantikan puasaku itu? Tapi karena waktu berbuka sudah hampir tiba, carikanlah sedikit air untukku. Bawalah tamengku ini untuk menampung air minum.”
Maka beberapa sahabat pergi mencari air untuk berbuka puasa sahabatnya yang sedang sekarat. Tak berapa lama mereka berhasil menemukan sumber air. Maka dicucilah perisai cembung itu dan diisi dengan air bersih. Namun alangkah terkejutnya mereka, ketika hendak menegukkan air ke mulut sahabat itu, ternyata ia telah meninggal dunia. Ia telah pergi berbuka di syurga bersama para bidadari. Masya Allah, inilah orang-orang yang benar hatinya dalam bercinta denganMu”.
Ayah meneteskan air mata saat mengakhiri ceritanya mengenai kekentalan cinta para sahabat Rasulullah SAW terhadap Allah SWT. Semoga setiap Ramadhan kita rindui kehadirannya agar kembali terbuka peluang menjalin cinta kasih dengan Allah.
Allahumma baarik lanaa fi Sya’banWa Ballighnaa Ramadhaan..
(Ya Allah, berkahilah hidup kami di bulan Sya’ban dan sampaikan usia kami ke bulan Ramadhan) Amin Ya Mujibas Saailin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar